Ahad 05 Mar 2023 16:01 WIB

Pemahaman Strategi Digital yang Baik Dinilai Jadi Modal Awal untuk Memulai Investasi

Investasi seperti halnya menanam pohon, tidak dapat langsung dipanen.

Ilustrasi Investasi
Foto: Mgrol101
Ilustrasi Investasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Saat berbicara cakap bermedia digital, maka individu harus memahami lanskap digital yang terkait dengan teknologi antara lain mampu menggunakan mesin pencarian, lokapasar, media sosial, hingga aplikasi percakapan. Namun tak terbatas pada cakap menggunakannya saja, tetapi pengguna harus bisa memanfaatkannya untuk memaksimalkan produktivitas sehari-hari. 

Dosen Bisnis dan Marketing UIN SATU dan Anggota RTIK Tulungagung, Deny Yudiantoro, mengatakan, teknologi digital juga bisa dimaksimalkan untuk melek investasi. Apalagi sempat ada survei yang menyebutkan bahwa generasi milenial dan Gen Z kesulitan untuk membeli rumah lantaran habit kebutuhan pokok bergeser dari sandang, pangan, papan menjadi sandang, pangan, jalan-jalan.

Baca Juga

“Investasi butuh habit, butuh dibiasakan sehingga harus kita tanamkan sejak muda, sejak dini,” sebut Deny, nara sumber kegiatan literasi digital #makincakapdigital 2023 untuk komunitas di Kalimantan, seperti dilansir pada Ahad (5/3/2023).

Ia mengatakan, investasi seperti halnya menanam pohon, tidak dapat langsung dipanen saat itu juga. Investasi sendiri, menurut Deny, menunda konsumsi hari ini untuk kemudian hari yang nilainya jauh lebih tinggi. Pentingnya investasi juga dilatarbelakangi bahwa tidak ada yang pasti di dunia ini dan yang pasti adalah ketidakpastian itu sendiri. 

Ia melanjutkan, untuk memulai investasi maka orang harus memaksa dirinya menyisihkan sebab investasi terkait dengan kebiasaan. Hal tersebut bisa dilakukan dengan menyisihkan mulai dari 20 persen, selain itu rencanakan untuk mengelola keuangan. Untuk yang memiliki bisnis, pisahkan keuangan pribadi dan usaha. Lalu buat buku catatan keuangan harian, sisihkan juga keuangan untuk pengembangan usaha dan dana darurat.

“Ketika sekarang ada teknologi digital, ada begitu banyak instrumen yang bisa dipakai untuk investasi,” sambungnya. 

Di samping itu harus ada pola pikir bahwa investasi adalah kebutuhan, bukan keterpaksaan sehingga ketika menginvestasikan sesuatu maka bagi hasilnya harus di atas angka inflasi yang saat ini berada di kisaran 5,45 persen. Terkait investasi memang perlu dipelajari, jika tidak maka akan termakan dengan lembaga-lembaga investasi bodong. Beberapa produk investasi yang bisa menjadi pilihan antara lain saham, reksadana, properti, obligasi, deposito, hingga emas. 

Savero Karamiveta dari Kemitraan Portkesmas dan Tim Substansi Juru Bicara Pemerintah untuk G20, ikut membahas mengenai investasi mudah dan aman. Terkait banyaknya produk investasi yang berkembang secara digital, perlu adanya pemahaman mengenai aman bermedia digital.

“Orang sekarang bisa investasi dari mana pun kapan pun dengan platform apa pun. Mulai dari HP, laptop. Nah, di balik kemudahan ada risiko yang harus diwaspadai kadang semakin mudah semakin nggak aman seperti investasi bodong,” kata dia.

Investasi bodong ini terjadi jika seseorang diajak berinvestasi tapi sebenarnya bisnisnya atau wujudnya tidak ada. Secara umum terdapat ciri-cirinya, sehingga sebelum berinvestasi harus mengecek terlebih dulu perusahaannya yang bisa dicek melalui website ojk(dot)go(dot)id.

Hati-hati juga dengan investasi yang mencatut nama tokoh tertentu dan tidak memiliki izin resmi. Lalu harus berhati-hati dengan keuntungan yang besat meski menggiurkan, sehingga harus diimbangi rasionalitas. “Apalagi investasi itu high risk high return, jadi semakin potensi keutungan yang didapat semakin tinggi risikonya,” sambungnya lagi.

Hal senada diungkapkan nara sumber lainnya, Dian Nafiatul, seorang writerpreneur yang membahas tentang investasi digital. Sebaiknya dalam inestasi harus dipikirkan apakah ingin investasi jangka panjang atau jangka pendek. “Umumnya, investasi jangka panjang memberikan keuntungan yang lebih besar, di mana fluktuasi harga lebih terkendali dan banyak kesempatan memanfaatkan potensi pertumbuhan,” paparnya. 

Sementara investasi jangka pendek, perubahan harga pasar yang signifikan dapat membuat investor kehilangan uang atau memaksa mereka untuk keluar dari investasi sebelum waktunya. Investasi jangka panjang lebih cocok untuk tabungan hari tua, sementara investasi jangka pendek bisa untuk kebutuhan sekolah atau biaya pendidikan.

Sebagai informasi, Webinar Makin Cakap Digital merupakan salah satu rangkaian kegiatan dalam program Indonesia Makin Cakap Digital yang diinisiasi oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika RI (Kemenkominfo) bersama Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) Siberkreasi. 

Webinar 'Makin Cakap Digital' merupakan salah satu rangkaian kegiatan dalam program Indonesia Makin Cakap Digital yang diinisiasi oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika RI (Kemenkominfo) bersama Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) Siberkreasi, demikian dilansir dari Antara

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement