Jumat 03 Mar 2023 18:00 WIB

Cetak Rekor Baru, Emisi Karbon Dioksida Dunia Meningkat Ratusan Juta Ton

Penggunaan batu baru memicu peningkatan emisi karbon dioksida.

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Natalia Endah Hapsari
Lingkungan bersih jadi salah satu dampak positif penurunan emisi karbon. Sayangnya, selama 2022, emisi karbon dioksida mengalami peningkatan sebesar 0.9 persen atau 321 juta ton. Peningkatan ini membuat total emisi karbon dioksida yang terjadi sepanjang 2022 mencetak rekor baru di angka 36,8 miliar ton. (Ilustrasi)
Foto: Dok. Web
Lingkungan bersih jadi salah satu dampak positif penurunan emisi karbon. Sayangnya, selama 2022, emisi karbon dioksida mengalami peningkatan sebesar 0.9 persen atau 321 juta ton. Peningkatan ini membuat total emisi karbon dioksida yang terjadi sepanjang 2022 mencetak rekor baru di angka 36,8 miliar ton. (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA---Selama 2022, emisi karbon dioksida mengalami peningkatan sebesar 0.9 persen atau 321 juta ton. Peningkatan ini membuat total emisi karbon dioksida yang terjadi sepanjang 2022 mencetak rekor baru di angka 36,8 miliar ton.

Laporan terbaru ini diungkapkan oleh International Energy Agency. Berdasarkan laporan, faktor terbesar yang memicu peningkatan emisi karbon dioksida adalah kembali digunakannya batu bara oleh banyak negara selama krisis energi dunia berlangsung.

Baca Juga

Menurut International Energy Agency, batu bara bertanggung jawab atas lebih dari sepertiga emisi karbon di dunia. Sepanjang 2022, total emisi dari batu bara mengalami peningkatan sebesar 1,6 persen atau 243 juta ton. Peningkatan ini membuat total emisi karbon dioksida dari batu bara juga mencetak rekor tertinggi menjadi sekitar 15,5 miliar ton.

Kabar baiknya, peningkatan emisi karbon dioksida yang terjadi di dunia tak sebesar prediksi yang dikhawatirkan sebelumnya. Menurut International Energy Agency, hal ini turut dipengaruhi oleh bertumbuhnya penggunaan energi terbarukan, kehadiran mobil listrik, dan semakin meluasnya teknologi dengan penggunaan energi yang efisien.

"Tanpa energi yang bersih, pertumbuhan emisi karbon dioksida bisa mencapai hampir tiga kali lipat lebih tinggi," ujar Direktur Eksekutif International Energy Agency, Fatih Birol, seperti dilansir Mail Online.

Birol juga menyoroti bahwa emisi dari bahan bakar fosil masih terus bertumbuh. Ironisnya, beragam perusahaan bahan bakar fosil nasional dan internasional justru mendulang keuntungan besar. British Gas di Inggris misalnya, memperoleh keuntungan sebesar 3,3 miliar euro atau sekitar Rp 54 triliun pada 2022.

Birol menilai, perusahaan-perusahaan bahan bakar fosil perlu ikut andil memikul tanggung jawab atas krisis iklim yang terjadi di dunia, sebagaimana janji mereka kepada publik. Menurut Birol, perusahaan-perusahaan ini perlu meninjau ulang strategi-strategi mereka. "Untuk memastikan mereka sejalan dengan upaya penurunan emisi," lanjut Birol.

Karbon dioksida dilepaskan ke udara ketika bahan bakar fosil, seperti minyak bumi, batu bara, atau gas alam dibakar. Berdasarkan data, batu bara menghasilkan 15,5 miliar ton emisi karbon dioksida sepanjang 2022, bahan bakar fosil menghasilkan 11,2 miliar ton, sedangkan gas alam sekitar 7 miliar ton.

Pembakaran bahan bakar yang terjadi saat mengoperasikan mobil atau pesawat merupakan contoh aktivitas yang dapat menghasilkan emisi karbon dioksida. Karbon dioksida juga bisa terbentuk di area rumah serta pabrik melalui beragam skenario.

Ketika masuk ke atmosfer, karbon dioksida akan memerangkap panas. Kondisi ini yang kemudian berkontribusi pada semakin hangatnya iklim dunia. "Pertumbuhan emisi, meski hanya 1 persen, adalah kegagalan," lanjut Ketua Global Carbon Project sekaligus akademisi dari Stanford University, Prof Rob Jackson.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement