Kamis 02 Mar 2023 18:17 WIB

Teknologi Kecerdasan Buatan Belum Jadi Ancaman Industri Film

Perkembangan teknologi selalu memiliki dampak positif dan negatif.

Teknologi kecerdasan buatan seperti ChatGPT dapat digunakan untuk membantu tugas harian. Namun untuk para sineas, teknologi yang sama belum menjadi ancaman untuk industri film (ilustrasi)
Foto: Unsplash
Teknologi kecerdasan buatan seperti ChatGPT dapat digunakan untuk membantu tugas harian. Namun untuk para sineas, teknologi yang sama belum menjadi ancaman untuk industri film (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA---Kendati saat ini teknologi kecerdasan buatan mulai mengganti sejumlah pekerjaan dan profesi, Ketua Indonesian Film Directors Club (IFDC)Ifa Isfansyah mengaku belum melihat perkembangan teknologi kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI) sebagai sebuah ancaman bagi orang-orang yang terjun dalam industri hiburan, khususnya perfilman.

"Sejauh ini saya belum melihat ada kecenderungan (AI) ini menjadi ancaman bagi industri film," kata Ifa Isfansyah, Kamis (2/3/2023).

Baca Juga

Ifa juga mengaku belum mengerti dan mengikuti secara lebih detail dalam hal pengembangan kecerdasan buatan, sehingga belum memiliki pandangan tertentu mengenai dampak kecerdasan buatan bagi industri film saat ini dan masa mendatang.

Sebelumnya, sejumlah penelitian menyebutkan bahwa perkembangan masif kecerdasan buatan akan menggusur beberapa profesi pada masa mendatang. Profesi-profesi tersebut berkaitan erat misalnya dengan sektor keuangan, manufaktur, jasa transportasi, kesehatan, hingga industri kreatif dunia hiburan.

"Memang perkembangan teknologi selalu memiliki dampak positif dan negatif. Menurut saya yang terpenting adalah kita sebagai manusia justru harus mampu melihat segala kemungkinan itu," jelas Ifa.

Lebih lanjut, Ifa mengatakan bahwa selain berkecimpung dalam dunia film sebagai sutradara, dirinya juga aktif sebagai pengajar. Dalam dunia akademis yang ia tekuni, kata Ifa, banyak hal yang memang tak bisa dilepaskan dengan perkembangan teknologi atau kecerdasan buatan.

"Di tempat saya mengajar misalnya ada hal-hal yang berkaitan dengan makalah dan tugas. Biasanya hal seperti itu cepat sekali prosesnya, baru di-submit lalu sudah keluar hasilnya. Tapi memang pada akhirnya ada beberapa teknologi yang diterapkan untuk mengecek adakah dugaan plagiarisme," tambahnya.

Sementara itu, dihubungi secara terpisah, Ketua Umum Persatuan Perusahaan Film Indonesia (PPFI) Deddy Mizwar mengaku belum mengetahui secara mendalam mengenai penerapan kecerdasan buatan yang dianggap turut memberi dampak dalam sektor industri perfilman pada masa mendatang. "Saya belum paham mengenai kecerdasan buatan ini," katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement