Sabtu 18 Feb 2023 17:24 WIB

Tak Selalu Jadi Masalah, Ini Manfaat Gawai untuk Anak

Jika diperkenalkan dengan positif, gawai bisa menjadi alat edukasi bagi anak.

Rep: Rahma Sulistya/ Red: Natalia Endah Hapsari
Jika diperkenalkan dengan positif, gawai bisa menjadi alat edukasi bagi anak/Ilustrasi
Foto: Malaytimes
Jika diperkenalkan dengan positif, gawai bisa menjadi alat edukasi bagi anak/Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Banyak orang tua yang merasa khawatir dengan penggunaan gawai pada anak, hingga tidak memberi anak screentime sama sekali. Padahal, gawai tidak selalu menjadi biang masalah dan ada keuntungannya jika anak sudah diperkenalkan dengan gawai secara benar.

Psikolog anak Saskhya Aulia Prima menjelaskan bahwa orang tua harus rajin beri penjelasan pada anak. “Saya selalu bilang ke anak saya gadget ini alat belajar, bukan barang main,” ungkap dia dalam Media Rountable Huawei MatePad SE Kids Edition, yang digelar secara daring.

Baca Juga

Jika diperkenalkan dengan positif, gawai bisa menjadi alat edukasi bagi anak. Ada permainan edukasi yang bisa dimainkan dari gawai, seperti vocabulary Bahasa Inggris. Kemudian apa pun yang sudah dipelajarai anak di sekolah bersifat repetisi, dan bisa dilihat kembali lewat gawai dan didiskusikan.

Pelajaran yang bersifat repitisi ini seperti hard knowledge, science, ketika orang tua mau memberikan contoh ke balita, terkadang lebih enak sambil melihat karakter yang ditonton. Misalnya, karakter Mr Do dan lainnya, untuk membantu anak mendapat insight.

Gawai juga memiliki informasi yang tidak terbatas, dan secara sensori, gawai bisa jadi alat belajar yang bisa memberikan banyak input. Seperti audio visual bergerak, semisal ada anak yang malas belajar itu bisa termotivasi untuk eskplor. Itu karena stimulus yang diberikan juga lebih interaktif.

“Jadi sebenarnya, dia (gawai) itu tools yang ngebantu, kalau orang tuanya ngerti ya. Purpose penggunaan gadget-nya untuk tumbuh kembang anak sama skill apa saja yang mau kita tambah. Itu cukup clear,” ujar Saskhya.

Ia memperingatkan bahwa orang tua harus bisa memilah konten bagi anak, dan berapa lama penggunaan gawainya. Orang tua juga bisa sembari melengkapi dengan kegiatan-kegiatan lain yang membuat anak tertarik untuk belajar.

Namun yang juga perlu diingat, orang tua adalah role model bagi anak dalam penggunaan gawai. Ketika anak melihat habit orang tua yang tidak pernah lepas dari gawai, kemungkinan besar anak akan meniru. Dibarengi juga dengan ilmu orang tua yang harus terus di-update setiap tahunnya.

“Ada juga gimana sih cara memecah durasinya. Kalau aku, jadi empat sesi. Karena kan anak itu nggak ngerti berapa lama 15menit itu. Jadi tahunya berapa kali dia pakai, misal dia sudah pakai dua kali, jadi dia masih ada dua kali pakai lagi,” kata Saskhya lagi.

Lalu mempersiapkan hati anak juga harus diperhatikan, ketika hendak mengambil gawai karena waktunya sudah habis. “Ini membantu supaya anak-anak nggak tiba-tiba meledak,” ucap dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement