Kamis 16 Feb 2023 17:11 WIB

Kaget, Wanita Ini Lihat Dirinya di Video Porno, Ternyata 'Ulah' Teknologi Deepfake

Wanita bernama samaran QTCinderella ini tidak pernah membuat video porno.

Rep: Meiliza Laveda/ Red: Qommarria Rostanti
Video porno. Seorang perempuan di Amerika Serikat (AS) kaget melihat dirinya ada di video porno, padahal dia tak pernah melakukannya. Namun ternyata, itu adalah ulah teknologi deepfake.  (ilustrasi)
Foto: Republika/Mardiah
Video porno. Seorang perempuan di Amerika Serikat (AS) kaget melihat dirinya ada di video porno, padahal dia tak pernah melakukannya. Namun ternyata, itu adalah ulah teknologi deepfake. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Salah satu kejahatan dunia maya yang ditemukan seiring teknologi berkembang adalah deepfake. Pada dasarnya deepfake adalah teknologi kecerdasan buatan (AI) untuk memanipulasi video atau foto.

Sayangnya, banyak pihak yang menyalahgunakan teknologi ini. Salah seorang streamer Twitch, QTCinderella, pada 30 Januari mendapati kota masuknya yang dibanjiri dengan tangkapan layar video porno. Dia mengenali wajah yang ada di tangkapan itu adalah wajah dirinya. Namun, itu bukan tubuhnya.

Baca Juga

Dia tidak pernah membuat film porno atau memvideokan dirinya sedang telanjang. Sontak QT terkejut, bingung, panik, dan sakit.

Akhirnya, dia memutuskan untuk membagikan perasaannya dalam siaran langsung dadakan kepada 800 ribu pengikutnya. “Saya ingin menunjukkan bahwa ini adalah masalah besar. Setiap wanita di situs web itu, merasakan trauma seksual,” kata QT yang enggan memberikan nama aslinya, dilansir USA Today, Kamis (16/2/2023).

Meskipun penggemar dan wanita lain telah menyuarakan dukungan mereka, QT juga menerima banyak pesan kebencian dan menyalahkan korban. Sebagian besar dari mereka adalah pria yang tidak mengerti bagaimana gambar palsu dapat menyebabkan kerugian yang nyata.

Ada juga mereka yang percaya bahwa ini adalah harga yang dibayar wanita untuk mendapatkan ketenaran di internet. “Saya tidak melakukan kesalahan apa pun. Kami (sebagai wanita) tidak melakukan kesalahan apa pun. Kami hanya ada,” ujarnya.

Selain harus menanggung banyaknya kebencian terhadap dirinya, dia juga berjuang mengatasi rasa sakit. Sebab, foto-foto itu dikirim ke keluarganya. Dia harus menjelaskan berulang kali dan mengklarifikasi kepada keluarganya. QT merasa itu sangat memalukan.

Pekerja sosial klinis berlisensi Jessica Klein mengatakan sebuah gambar diubah atau tidak sudah cukup menciptakan trauma yang nyata bagi sebagian orang. Ini bisa menyebabkan korban mengalami gangguan stres pascatrauma (PTSD).

Menurut studi yang diterbitkan dalam Fight the New Drug, serangan seksual dan pelecehan nonconsensual berbasis gambar bisa menyebabkan dampak efek kesehatan mental pada korban. “Rasa aman Anda benar-benar hilang ketika tubuh Anda digambarkan dengan cara nonkonsensual untuk dilihat jutaan orang,” kata Klein.

Bagi QTCinderella, objektifikasi tubuhnya yang bertentangan dengan keinginannya terlalu familier. Ini memicu ingatan akan pengalaman pelecehan seksualnya.

Dia mengatakan, beberapa menit setelah melihat foto itu, dia merasakan hal yang sama yaitu perasaan bersalah yang sama dan perasaan dimanfaatkan. "Ini adalah hal lain yang saya tidak setujui dan tidak ingin saya lakukan. Versi lain dari diri saya yang tidak ingin saya lihat atau sentuh atau melihat,” kata dia.

Menurut QTCinderella, seharusnya ada undang-undang yang mengatur hal ini. “Kami membutuhkan undang-undang federal. Kami membutuhkan sesuatu yang terjadi pada orang yang mengambil keuntungan dari orang lain dihukum,” jelasnya.

Banyak negara bagian AS memiliki undang-undang yang melarang revenge porn (pornografi balas dendam) dan gambar telanjang nonkonsensual. Namun, hanya tiga negara bagian yang secara khusus menyertakan deepfake yakni California, Virginia, dan Texas. 

 

 https://www.usatoday.com/story/life/health-wellness/2023/02/14/qtcinderella-deepfake-trauma-nonconsensual-porn/11222588002/

 

Cek Typo

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement