Senin 23 Jan 2023 14:30 WIB

Tak Ada Suplai Air Bersih, Warga Batam Tampung Air Hujan untuk Mencuci

Sudah empat hari warga Batam Kota tidak mendapatkan suplai air bersih.

Sudah empat hari warga Batam Kota tidak mendapatkan suplai air bersih.
Foto: ANTARA/Fikri Yusuf
Sudah empat hari warga Batam Kota tidak mendapatkan suplai air bersih.

REPUBLIKA.CO.ID, BATAM -- Warga di Kelurahan Belian, Kecamatan Batam Kota, Kota Batam, Provinsi Kepulauan Riau (Kepri), menggunakan tampungan air hujan untuk mencuci baju karena sudah empat hari suplai air bersih tidak mengalir di daerah itu. "Iya ini lagi cuci baju pakai air hujan, sudah empat hari air tidak mengalir di sini," kata Muchtar, seorang warga di Perumahan Bukit Raya, Batam, yang terdampak mati air, Senin (23/1/2022).

Ia mengatakan, akibat matinya suplai air itu selama empat hari, keluarganya terpaksa menampung air hujan dan membeli air galon yang digunakan untuk Buang Air Besar (BAB) serta mandi. "Kemarin ada tangki air yang datang untuk dibagikan ke warga, itulah yang kami hemat-hemat juga," kata dia.

Baca Juga

Muchtar berharap keadaan ini bisa segera normal kembali, agar aktifitas warga bisa normal kembali. "Mudah-mudahan segera hidup lagi airnya, biasanya nggak pernah kayak gini, baru ini juga yang selama ini," katanya.

Begitu juga yang dirasakan warga lainnya yang terdampak mati air, Aldy. Dia mengatakan bahwa sudah 7 galon air yang dia beli karena terdampak mati air. Namun, dia sedikit lega karena hari ini air sudah mulai mengalir.

"Tadi malam sudah mulai mengalir, tapi masih kecil alirannya," kata Aldy.

Badan Pengusahaan (BP) Batam melalui keterangan yang diterima pada Senin menyatakan, matinya suplai air bersih itu akibat adanya pekerjaan perbaikan Variable Speed Drive (VSD) pada Instalasi Pengolahan Air (IPA) Duriangkang. Kepala Biro Humas Promosi dan Protokol Pemkot Batam Ariastuty Sirait dalam keterangannya mengatakan, saat ini suplai air sudah mulai mengalir pada beberapa daerah terdampak, namun masih dilakukan secara bertahap pada area dengan kontur tanah yang tinggi.

"Selain itu, daerah yang jauh dari waduk atau pelayanan juga akan mengalami normalisasi secara bertahap," katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement