Selasa 25 Oct 2022 17:07 WIB

Presiden Jerman Lakukan Kunjungan Dadakan ke Ukraina

Presiden Jerman Frank-Walter Steinmeier melakukan kunjungan dadakan ke Ukraina

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Esthi Maharani
Presiden Jerman Frank-Walter Steinmeier melakukan kunjungan dadakan ke Ukraina, Selasa (25/10/2022).
Foto: AP Photo/Michael Sohn
Presiden Jerman Frank-Walter Steinmeier melakukan kunjungan dadakan ke Ukraina, Selasa (25/10/2022).

REPUBLIKA.CO.ID, KIEV – Presiden Jerman Frank-Walter Steinmeier melakukan kunjungan dadakan ke Ukraina, Selasa (25/10/2022). Itu merupakan kunjungan perdananya ke Ukraina sejak negara tersebut diserang Rusia.

"Saya menantikan pertemuan saya dengan Presiden (Ukraina) Volodymyr Zelenskyy di Kiev," kata Steinmeier menurut keterangan tertulis yang dirilis oleh seorang juru bicaranya.

Sebelum bertemu Zelensky, Steinmeier terlebih dulu diagendakan mengunjungi sebuah kota di utara Ukraina yang berbatasan dengan Belarusia. Kiev mengklaim wilayah itu telah berhasil mereka rebut kembali dari kendali pasukan Rusia. Namun infrastruktur di sana sudah porak poranda.

Dalam kunjungannya ke wilayah utara Ukraina, Steinmeier akan memberikan bantuan untuk infrastruktur energi di sana. “Pesan saya untuk Ukraina: Kalian dapat mengandalkan Jerman,” ujarnya.

Steinmeier sempat dikritik keras atas sikap pemulihan hubungannya yang menahun dengan Moskow. Steinmeier, seorang Sosial Demokrat yang menjalani tugas keduanya sebagai presiden Jerman, adalah seorang menteri luar negeri di dua pemerintahan mantan kanselir Angela Merkel.

Dia telah menjadi advokat terkemuka dari konsep “Wandel durch Handel” (Perubahan melalui Perdagangan). Konsep itu berpendapat bahwa membina hubungan komersial yang erat dapat membantu memacu reformasi demokrasi.

Steinmeier sempat memperjuangkan pipa gas Nord Stream 2 yang kontroversial antara Rusia dan Jerman. Kini proyek kerja sama itu telah dihentikan menyusul keputusan Moskow menyerang Kiev. Sejak itu dia mengakui bahwa pendekatan detentenya terhadap Presiden Rusia Vladimir Putin telah salah arah. Dia pun menilai tidak ada jalan untuk kembali normal dengan “Rusia-nya Putin”.

Pada April lalu Steinmeier sempat menyatakan keinginannya untuk mengunjungi Ukraina, tapi Kiev menolaknya. Hal itu seketika memicu sedikit ketegangan antara Jerman dan Ukraina. Kanselir Jerman Olaf Scholz mengatakan, penolakan Kiev terhadap Steinmeier adalah penghalang baginya untuk turut mengunjungi negara tersebut.

Scholz akhirnya mengunjungi Ukraina pada Juni lalu. Kunjungan itu dilakukan bersama Presiden Prancis Emmanuel Macron dan mantan perdana menteri Italia Mario Draghi.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement