Kamis 03 Mar 2022 18:03 WIB

Zelensky: Ukraina Masih Tahan Serangan Rusia

Dalam video terbarunya, Zelensky menyamakan aksi serangan Rusia dengan “virus”.

Rep: Reuters/Kamran Dikarma/ Red: Fernan Rahadi
 Dalam foto yang diambil dari video yang disediakan oleh Kantor Pers Kepresidenan Ukraina, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy berbicara kepada bangsa di Kyiv, Ukraina, Minggu, 27 Februari 2022. Pertempuran jalanan pecah di kota terbesar kedua di Ukraina pada hari Minggu dan pasukan Rusia ditempatkan meningkatnya tekanan pada pelabuhan-pelabuhan strategis di selatan negara itu menyusul gelombang serangan terhadap lapangan terbang dan fasilitas bahan bakar di tempat lain yang tampaknya menandai fase baru invasi Rusia.
Foto: Kantor Pers Kepresidenan Ukraina via AP
Dalam foto yang diambil dari video yang disediakan oleh Kantor Pers Kepresidenan Ukraina, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy berbicara kepada bangsa di Kyiv, Ukraina, Minggu, 27 Februari 2022. Pertempuran jalanan pecah di kota terbesar kedua di Ukraina pada hari Minggu dan pasukan Rusia ditempatkan meningkatnya tekanan pada pelabuhan-pelabuhan strategis di selatan negara itu menyusul gelombang serangan terhadap lapangan terbang dan fasilitas bahan bakar di tempat lain yang tampaknya menandai fase baru invasi Rusia.

REPUBLIKA.CO.ID, KIEV -- Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan, garis pertahanan negaranya masih menahan gempuran serangan Rusia. Dia menyebut tidak ada jeda dalam penembakan yang dilakukan pasukan Rusia.

"Kami tidak punya apa-apa untuk kehilangan selain kebebasan kami sendiri," kata Zelensky dalam video terbarunya yang diunggah pada Kamis (3/3). Dia mengungkapkan, Ukraina masih menerima pasokan senjata dari sekutu internasionalnya untuk menghadapi agresi Rusia.

Zelensky berpendapat, perubahan taktik Rusia dan penembakan warga sipil di kota-kota membuktikan Ukraina berhasil menghalau rencana awal Moskow untuk mengklaim kemenangan cepat melalui serangan darat. Dalam video terbarunya, Zelensky menyamakan aksi serangan Rusia dengan “virus”.

Dia mengatakan, sudah dua tahun Ukraina dilanda pandemi Covid-19. "Sudah sepekan sekarang virus lain menyerang," ujarnya menyinggung serangan yang dilancarkan Rusia.

Pada 28 Februari lalu, delegasi Ukraina melakukan pertemuan dengan perwakilan Rusia di perbatasan Belarusia. Pembicaraan tersebut diharapkan menghasilkan kesepakatan gencatan senjata, tapi ternyata berakhir tanpa kesepakatan. Kendati demikian kedua negara setuju untuk mengadakan negosiasi lanjutan dalam waktu dekat.

Rusia sudah mengecam negara-negara yang memasok senjata “mematikan” ke Ukraina. Moskow memperingatkan mereka tentang konsekuensi berbahaya yang dapat timbul akibat tindakan tersebut. “Warga dan struktur Uni Eropa yang terlibat dalam memasok senjata mematikan dan bahan bakar serta pelumas ke Angkatan Bersenjata Ukraina akan bertanggung jawab atas segala konsekuensi dari tindakan tersebut dalam konteks operasi militer khusus yang sedang berlangsung (di Ukraina). Mereka tidak dapat gagal untuk memahami tingkat bahaya dari konsekuensinya,” kata Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) Rusia, dilaporkan Interfax, 27 Februari lalu.

Uni Eropa memang telah mengumumkan bahwa mereka akan membiayai pembelian dan pengiriman senjata serta peralatan lainnya ke Ukraina. Nilai dari bantuan itu mencapai 450 juta euro. Senjata mematikan yang dipasok perhimpunan Benua Biru akan mencakup amunisi, mesiu, sistem pertahanan udara, dan sistem anti-tank. Mereka pun bakal menyuplai bahan bakar, helm balistik, peralatan pelindung pribadi, dan kotak P3K.

Selain Uni Eropa, beberapa negara lain, termasuk Amerika Serikat (AS), turut memberikan bantuan militer ke Ukraina. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement