Ahad 27 Feb 2022 09:40 WIB

Ukraina Bentuk Tim Serang Siber Rusia

Pasukan IT Ukraina untuk membantu melindungi infrastruktur penting

Rep: Dwina Agustin/ Red: Esthi Maharani
 Spesialis bekerja di ruang operasi Pusat Keamanan Siber Rusia di Moskow, Rusia
Foto: EPA-EFE/SERGEI ILNITSKY
Spesialis bekerja di ruang operasi Pusat Keamanan Siber Rusia di Moskow, Rusia

REPUBLIKA.CO.ID, KIEV -- Wakil Perdana Menteri Ukraina Mykhailo Fedorov menyatakan pemerintah akan membentuk "pasukan IT" untuk memerangi penyusupan digital Rusia, Sabtu (26/2/2022). Ukraina telah memanggil peretasnya untuk membantu melindungi infrastruktur penting dan melakukan misi mata-mata dunia maya terhadap pasukan Rusia.

"Kami sedang menciptakan pasukan IT," tulis Fedorov melalui Twitter yang ditautkan ke saluran di aplikasi perpesanan Telegram yang menerbitkan daftar situs web Rusia terkemuka.

Baca Juga

"Akan ada tugas untuk semua orang. Kami terus berjuang di dunia siber. Tugas pertama ada di saluran untuk spesialis siber," ujarnya.

Saluran Telegram mencantumkan situs web 31 bisnis besar Rusia dan organisasi negara termasuk raksasa energi Gazprom yang merupakan produsen minyak terbesar kedua Rusia Lukoil. Kemudian ada tiga bank dan beberapa situs web pemerintah.

Sebelum penyataan itu, Kremlin.ru yang merupakan situs resmi Kremlin dan kantor Presiden Rusia Vladimir Putin, dimatikan pada Sabtu (26/2/2022). Tindakan itu akibat serangan DDoS terdistribusi.

Software penghapus data berbahaya ditemukan beredar di Ukraina minggu lalu.  Menurut para peneliti di perusahaan keamanan siber ESET, perangkat itu menyerang ratusan komputer yang ada di Ukraina.

Kecurigaan jatuh pada Rusia, yang telah berulang kali dituduh melakukan peretasan terhadap Ukraina dan negara-negara lain. Para korban termasuk lembaga pemerintah dan lembaga keuangan.

Inggris dan Amerika Serikat mengatakan peretas militer Rusia berada di balik serentetan serangan DDoS pekan lalu. Secara singkat serangan itu membuat situs perbankan dan pemerintah Ukraina offline sebelum invasi Rusia. Moskow telah membantah tuduhan itu.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement