Jumat 14 Jan 2022 19:24 WIB

Rudal Korut Bisa Sampai AS, Washington Sempat Ketar-Ketir

Penerbangan pesawat di Pantai Barat AS sempat diminta agar tidak lepas landas.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Teguh Firmansyah
Korea Utara (Korut) mengklaim berhasil menguji coba rudal balistik berbasis kapal selam atau submarine-launched ballistic missiles (SLBM) tipe terbaru. SLBM tipe terbaru bernama Pukguksong-3 itu diuji di perairan Teluk Wonsan di Laut Timur pada Rabu (2/10) pagi.
Foto: Korean Central News Agency/Korea News Service
Korea Utara (Korut) mengklaim berhasil menguji coba rudal balistik berbasis kapal selam atau submarine-launched ballistic missiles (SLBM) tipe terbaru. SLBM tipe terbaru bernama Pukguksong-3 itu diuji di perairan Teluk Wonsan di Laut Timur pada Rabu (2/10) pagi.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Beberapa menit setelah Korea Utara meluncurkan rudal balistik pada Selasa (11/1) sekitar pukul 07:30 waktu setempat, komando Amerika Serikat (AS) yang bertanggung jawab untuk melindungi Amerika dari ancaman udara berupaya untuk menentukan apakah rudal itu mampu menyerang Amerika Serikat.  Pembacaan telemetri awal menunjukkan bahwa rudal itu dapat menimbulkan ancaman sejauh Kepulauan Aleut di lepas pantai Alaska atau Pantai California.

Dalam beberapa menit, Komando Utara AS dan Komando Pertahanan Dirgantara Amerika Utara (NORAD) menolak pembacaan awal telemetri tersebut. Mereka menilai bahwa rudal tersebut tidak menimbulkan ancaman langsung ke daratan Amerika Serikat. Rudal tersebut mendarat tanpa bahaya di antara laut China dan Jepang.

Baca Juga

Namun pada Senin (10/1) sekitar pukul 14:30 waktu setempat, Administrasi Penerbangan Federal (FAA) menangguhkan beberapa penerbangan pesawat di Pantai Barat agar tidak lepas landas selama sekitar 15 menit. Hal ini memaksa pengontrol lalu lintas udara menahan beberapa pesawat untuk tidak lepas landas. Sementara mereka mengalihkan rute pesawat yang sedang terbang.

Pengontrol lalu lintas udara tidak dapat menjelaskan kepada pilot terkait penyebab penangguhan penerbangan.  Beberapa pengontrol secara keliru menyebutnya sebagai ground stop nasional, yaitu sesuatu yang belum pernah terlihat sejak insiden 9/11.

"Apa yang kami lihat di sini hanyalah proses koordinasi dan komunikasi yang normal di mana pada awalnya beberapa keputusan dibuat yang mungkin tidak perlu dibuat," kata juru bicara Departemen Pertahanan John Kirby, dilansir CNN, Jumat (14/1).

FAA mengatakan, mereka mengeluarkan ground stop karena terjadi peluncuran rudal oleh Korea Utara. FAA melakukan hal tersebut sebagai tindakan pencegahan.

"Sebagai tindakan pencegahan, FAA untuk sementara menghentikan keberangkatan di beberapa bandara di sepanjang Pantai Barat. FAA secara teratur mengambil tindakan pencegahan. Kami sedang meninjau proses di sekitar ground stop ini seperti yang kami lakukan setelah semua peristiwa semacam itu," ujar pernyataan FAA.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement