Kamis 20 May 2021 11:22 WIB

Gojek-Tokopedia Merger, Pengamat: Prioritaskan Keamanan Data

Penggabungan dua aplikasi akan melahirkan data baru yang tinggi nilai ekonominya.

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Friska Yolandha
Seorang pengemudi Gojek memeriksa ponselnya saat ia berhenti di pinggir jalan di Medan, Sumatra Utara, Selasa (18/5). Perusahaan tumpangan Gojek dan perusahaan e-commerce Tokopedia telah mengumumkan merger dan membentuk perusahaan bernilai miliaran dolar, GoTo Group .
Foto: EPA-EFE/DEDI SINUHAJI
Seorang pengemudi Gojek memeriksa ponselnya saat ia berhenti di pinggir jalan di Medan, Sumatra Utara, Selasa (18/5). Perusahaan tumpangan Gojek dan perusahaan e-commerce Tokopedia telah mengumumkan merger dan membentuk perusahaan bernilai miliaran dolar, GoTo Group .

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dua raksasa teknologi daring Indonesia Gojek dan Tokopedia telah resmi bergabung dan membentuk entitas baru yang katanya memiliki ekosistem dengan menyumbang 2 persen dari PDB negara. Disebut GoTo Group, organisasi baru ini memiliki lebih dari 100 juta pengguna aktif bulanan dan juga termasuk unit fintech, GoTo Financial. 

Pakar keamanan siber Pratama Persadha menjelaskan bahwa bergabungnya Gojek dan Tokopedia punya konsekuensi pada pengelolaan data, khususnya dari sisi keamanan data penggunanya. Karena, keduanya mengolah data dalam jumlah besar.

"Namun, patut dicermati bahwa keduanya juga punya pengalaman kurang baik pada sistem informasinya. Tokopedia pada pertengahan 2020 digegerkan dengan bocornya 91 juta lebih data pemakai dan Gojek beberapa kali mengalami fraud pada banyak pemakai GoPay," kata Chairman lembaga riset siber CISSReC (Communication & Information System Security Research Center), Kamis (20/5).

Pratama menambahkan, karena semakin besar sebuah platform, akan semakin menarik perhatian pelaku kejahatan untuk mencoba menyerang. Bukan hanya hacker lokal yang mengincar, melainkan hacker global yang akan mengincar karena startup baru dengan nama GoTo ini sudah masuk kedalam level startup dengan valuasi terbesar di dunia.

"Belum lagi adanya teknologi keuangan pada Gopay. Bukan hanya data pribadi yang berpotensi dicuri oleh penjahat siber, tapi juga bisa uang customer kalau pengamanannya tidak benar-benar kuat," ujarnya.

Pratama menjelaskan, ini jelas harus menjadi perhatian serius karena keduanya adalah aplikasi terbesar di Tanah Air saat ini. Bergabungnya kedua aplikasi ini diharapkan tidak membuat risiko keamanan data masyarakat menjadi bertambah besar.

"Timing Gojek dan Tokopedia merger mungkin saja mengejar sebelum UU Perlindungan Data Pribadi disahkan, jadi belum ada aturan teknis macam-macam terkait pengamanan data pribadi. Namun, bila nanti UU PDP sudah jadi, mereka tetap harus melakukan penyesuaian,” kata Pratama menegaskan.

Pengamanan data juga harus menjadi fokus Tokopedia dan Gojek bila nanti aplikasi dan sistem benar-benar menyatu dalam satu satu wadah. Bergabungnya dua aplikasi anak bangsa ini akan melahirkan pembacaan data baru yang sangat tinggi nilai ekonominya juga sangat signifikan bagi ketahanan-keamanan nasional.

Menurut Pratama, sebaiknya pengamanan data harus mendapatkan prioritas oleh pengelola dan juga oleh negara. Berbeda dengan data kependudukan yang cenderung statis dan tidak menghasilkan data baru, data dari Gojek dan Tokopedia ini dinamis karena ada data jual beli dan kebutuhan masyarakat secara nasional, yang pasti data tersebut tidak dimiliki oleh lembaga negara mana pun.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement