Senin 14 Dec 2020 22:32 WIB

Majelis Taklim dan Upaya Ibu-Ibu Bertahan Saat Pandemi

Ibu-ibu majelis taklim berusaha bertahan mengaji saat pandemi.

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Muhammad Hafil
Majelis Taklim ibu-ibu Muslimah (ilustrasi).
Foto: Republika/Agung Supri
Majelis Taklim ibu-ibu Muslimah (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Mubalighah Muda dan Pendidika di Darus Sunnah International Institute for Health and Sciences, Izza Farhatin, menyampaikan, kegiatan pengajian majelis taklim di masa pandemi Covid-19 kini dilakukan secara virtual. Model virtual ini menjadi opsi yang harus diambil meski ada jamaah yang kesulitan mengikutinya.

"Majelis taklim jadi tetap jalan, rata-rata jamaahnya adalah ibu-ibu yang melek teknologi," kata dia dalam diskusi bertajuk "Geliat Majelis Taklim di Masa Pandemi" yang digelar Republika, Sabtu (12/12), secara daring.

Baca Juga

Izza mengakui, jumlah jamaah yang mengikuti pengajian di masa pandemi mengalami penurunan signifikan karena digelar secara virtual. "Ibu-ibu yang menghadiri tidak sebanyak biasanya. Secara kuantitas sangat menurun. Biasanya yang tidak ikut itu yang sudah sepuh. Sedangkan yang usia muda-muda masih aktif mengikuti kajian," katanya.

Bahkan, lanjut Izzah, ada majelis taklim yang tidak bisa melanjutkan kegiatan pengajian karena jamaahnya merupakan kalangan yang berusia senja. Materi pengajian yang diajarkan itu berkaitan gramatikal di dalam Alquran sehingga banyak di antara jamaah yang tidak nyaman jika kegiatan digelar secara virtual.

"Jadi belum bisa lanjut karena belum begitu bisa menikmati kajian dengan menggunakan Zoom atau media digital lainnya," paparnya.

Di sisi lain, ada juga majelis taklim dengan peserta dari kalangan yang beragam, mulai dari ibu-ibu yang berusia 40-an hingga 70-an. Jamaah yang berusia lanjut di majelis taklim didampingi anggota keluarganya saat hendak mengikuti pengajian melalui Zoom.

Izzah menjelaskan, di masa awal pandemi Covid-19, pengajian majelis taklim sempat terhenti beberapa bulan. "Setelah Lebaran kemarin, melihat bahwa ada di antara jamaah yang usianya senja, akhirnya ketua dari majelis taklim itu memutuskan kajian diadakan via zoom dan itu berlanjut sampai saat ini," ujarnya.

Pengajian melalui jarak jauh, terang Izzah, mulai dilakukan selama Ramadhan 2020. Ceramah yang disampaikan ustazah direkam dalam video lalu dibagikan ke grup WhatsApp jamaah majelis taklim. Cara ini menjadi pilihan karena sebagian jamaah kesulitan menggunakan Zoom.

"Selama Ramadhan itu jadi kita sering mengirim video singkat berkaitan dengan keutamaan Ramadhan, dan tata cara ibadah. Selain itu kita juga tetap mengadakan kegiatan khataman mingguan, jadi masing-masing orang dalam satu pekan itu kebagian satu juz," katanya.

Sementara itu, Ketua Umum Pimpinan Pusat Persaudaraan Muslimah (PP Salimah), Etty Pratiknyowati, yang juga hadir dalam acara diskusi itu menekankan pentingnya ketahanan iman dalam menghadapi pandemi Covid-19. Orang yang beriman harus menghadapi pandemi sebagai ujian Allah SWT dengan sikap yang diajarkan dalam Islam.

"Dalam konteks ke-Salimah-an, penting untuk disampaikan kepada ibu-ibu majelis taklim, bahwa yang harus kita jaga itu adalah ketahanan, bahwa musibah atau ujian itu memang selalu ada, tetapi bagaimana daya tahan kita, itu yang paling penting," ucapnya.

"Kita semua sebagai orang beriman menghadapi ini sebagai ujian, bagaimana kita harus memiliki sikap menghadapi pandemi, di hadapan Allah SWT dan juga manusia. Ini yang menjadi prinsip bagi kami. Di balik musibah, tentu ada banyak berkahnya," ujarnya.

Etty juga menyadari, pandemi ini memengaruhi beberapa aspek seperti kesehatan, ekonomi dan psikologi. "Maka kami selalu ingatkan bahwa ketahanan keluarga itu sesuatu yang penting. Kami juga sampaikan kepada ibu-ibu jangan sampai kita goyah, kita yakin ini ujian Allah yang menguji keimanan kita," imbuhnya.

PP Salimah, lanjut Etty, terus memperkuat kegiatan pendidikan, pelatihan dan ekonomi di masa pandemi sekarang ini. Tiga jenis kegiatan ini termasuk dalam dakwah yang dilancarkan Salimah ke tengah masyarakat.

Berbagai hal pun menjadi objek kajian, misalnya pada bidang psikologi, parenting, enterpreneur, dan sebagainya sebagai langkah penguatan. Sementara untuk menguatkan ekonomi, Salimah memulainya dengan gerakan yaitu membangun lembaga koperasi.

"Salimah sangat mendorong ibu-ibu untuk memiliki kemampuan untuk memproduksi sesuatu dan kita mendorong anggota majelis taklim dan anggota Salimah untuk membelinya agar produk itu terserap," tuturnya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement