Senin 23 Nov 2020 15:14 WIB

BPPTKG Minta Warga tak Panik Akibat Aktivitas Merapi

BPPTKG catat aktivitas Merapi masih tinggi setelah dinaikkan levelnya jadi siaga

Rep: Rr Laeny Sulistyawati/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Aktivitas hembusan asap putih Gunung Merapi terlihat di wilayah Tlogolele, Selo, Boyolali, Jawa Tengah. Balai Pengamatan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) mencatat aktivitas kegempaan Gunung Merapi masih tinggi, setelah dinaikkan statusnya menjadi Level III atau Siaga pada Kamis (5/11). Kegempaan dangkal yang dominan terjadi pada aktivitas kali ini kemudian mengakibatkan ketidakstabilan material lama yang ada di puncak.
Foto: Antara/Aloysius Jarot Nugroho
Aktivitas hembusan asap putih Gunung Merapi terlihat di wilayah Tlogolele, Selo, Boyolali, Jawa Tengah. Balai Pengamatan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) mencatat aktivitas kegempaan Gunung Merapi masih tinggi, setelah dinaikkan statusnya menjadi Level III atau Siaga pada Kamis (5/11). Kegempaan dangkal yang dominan terjadi pada aktivitas kali ini kemudian mengakibatkan ketidakstabilan material lama yang ada di puncak.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Balai Pengamatan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) mencatat aktivitas kegempaan Gunung Merapi masih tinggi, setelah dinaikkan statusnya menjadi Level III atau Siaga pada Kamis (5/11). Kegempaan dangkal yang dominan terjadi pada aktivitas kali ini kemudian mengakibatkan ketidakstabilan material lama yang ada di puncak.

Sebagaimana berdasarkan pantauan CCTV yang terpasang di Deles pada Ahad (22/11) pukul 06.50 WIB, telah terjadi guguran tebing lava lama. Guguran tersebut juga tercatat di seismogram dengan amplitudo 75 mm dengan durasi 82 detik.

Menurut Kepala BPPTKG-PVMBG-Badan Geologi Hanik Humaida, guguran tersebut merupakan guguran dari tebing lava 1954 yang berada di dinding kawah utara. Material guguran tersebut jatuh ke dalam kawah dan hingga saat ini tidak berpengaruh pada aktivitas Gunung Merapi.

“Guguran seperti merupakan kejadian yang biasa terjadi pada saat Gunung Merapi mengalami kenaikan aktivitas menjelang erupsi,” ujar Hanik dalam keterangan tertulis yang diterima Republika, Senin (23/11).

Berdasarkan hasil pantauan selama periode pengamatan yang dilakukan pada Ahad (22/11) hingga pukul 24.00 WIB, ia menyebutkan telah terjadi 50 gempa guguran, 81 kali gempa hembusan, 342 kali gempa multifase, 41 kali gempa vulkanik dangkal dan satu gempa tektonik jauh.

Dengan melihat perkembangan aktivitas Gunung Merapi dari hasil pengamatan visual dan perekaman seismogram, BPPTKG memberikan imbauan kepada masyarakat agar tetap tenang, tidak panik, mematuhi rekomendasi dari BPPTKG dan arahan dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) serta instansi pemerintah daerah setempat.

“Masyarakat diimbau untuk tetap tenang dan mematuhi rekomendasi dari BPPTKG serta arahan dari BPBD dan pemerintah daerah setempat,” ujarnya. N 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement