Selasa 15 Sep 2020 00:15 WIB

ByteDance Batal Jual TikTok, Pilih Bermitra dengan Oracle

TikTok menolak tawaran dari Microsoft.

(Foto: ilustrasi aplikasi TikTok)
Foto: Pixabay
(Foto: ilustrasi aplikasi TikTok)

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- ByteDance batal menjual TikTok di Amerika Serikat, dan lebih memilih untuk bermitra dengan Oracle. Reuters melaporkan, Senin (14/9), kemitraan dengan Oracle ini diharapkan akan dapat membuat TikTok terhindar dari larangan AS sambil menenangkan pemerintah China.

Sementara TikTok semakin terkenal di kalangan remaja, pejabat AS khawatir informasi pengguna dapat diteruskan ke pemerintah China. TikTok, yang memiliki 100 juta pengguna di AS, mengatakan tidak pernah membagikan data seperti itu dengan otoritas China.

Baca Juga

Negosiasi penjualan dibatalkan ketika China memperbarui aturan kontrol ekspornya bulan lalu, yang berpengaruh pada transfer algoritma TikTok ke pembeli asing. Akhir pekan lalu, Reuters melaporkan bahwa China lebih memilih TikTok ditutup di AS daripada mengizinkan penjualan paksa.

Saluran televisi Inggris milik pemerintah China CGTN, Senin (14/9), mengutip sumber yang mengatakan ByteDance tidak akan menjual operasi TikTok AS ke Oracle atau Microsoft.

Di bawah proposal terbaru ByteDance, Oracle akan menjadi mitra teknologi perusahaan dan mengambil alih pengelolaan data pengguna TikTok di AS, sumber mengatakan kepada Reuters, Ahad (13/9). Oracle juga sedang bernegosiasi untuk mengambil saham dalam operasi TikTok di AS, menurut sumber.

Data TikTok saat ini disimpan di Google cloud. Beberapa investor teratas ByteDance, termasuk General Atlantic dan Sequoia, juga akan diberikan saham minoritas dalam operasi tersebut, kata salah seorang sumber.

Belum diketahui apakah Trump, yang menginginkan perusahaan teknologi AS untuk memiliki sebagian besar TikTok di Amerika Serikat, akan menyetujui kesepakatan itu. Komite Investasi Asing di Amerika Serikat (CFIUS), yang meninjau kesepakatan untuk risiko keamanan nasional, mengawasi pembicaraan ByteDance - Oracle.

"Perlindungan data pengguna dan jaminan seputar bagaimana algoritma perusahaan mendorong konten ke pengguna AS adalah komponen penting dari solusi substantif, tetapi apakah mereka dapat mengubah hasil politik adalah pertanyaan yang jauh lebih sulit," kata pengacara di sektor regulasi, John Kabealo, yang tidak terlibat dalam pembicaraan.

ByteDance dan Oracle tidak menanggapi permintaan komentar Reuters, sementara Gedung Putih menolak berkomentar.

Sementara itu, pimpinan Oracle, Larry Ellison adalah salah satu dari sedikit pendukung Trump di dunia teknologi. Perusahaannya memiliki proses teknologi yang signifikan dalam menangani dan melindungi data, namun tidak ada pengalaman bekerjasama dengan media sosial, sebab klien Oracle adalah perusahaan, bukan konsumen.

Sebelumnya, Microsoft mengatakan ByteDance telah memberi tahu bahwa tidak akan menjual operasi TikTok di AS kepada raksasa perangkat lunak tersebut. Walmart, yang telah bergabung dengan tawaran Microsoft, mengatakan masih tertarik untuk berinvestasi, dan akan berbicara lebih lanjut dengan ByteDance dan pihak lain.

"Ini adalah berita buruk bagi Walmart lebih dari siap pun," ujar profesor investasi dari Peking University, Jeffery Towson. Menggabungkan hiburan TikTok dan keterlibatan pengguna dengan platform e-commerce adalah cara terbaik untuk mengejar ketinggalan dengan Amazon.

Perintah Trump

Ketika hubungan China-AS memburuh karena peradangan, otonomi Hong Kong, keamanan siber dan penyebaran virus corona, TikTok muncul sebagai titik baru.

Trump menandatangani dua perintah eksekutif bulan lalu yang menargetkan TikTok dan ByteDance. Pertama, efektif pada 20 September, AS melarang perusahaan AS bertransaksi dengan ByteDance. Kedua, meminta ByteDance untuk menjual TikTok paling lambat 12 November.

Jika Trump menyetujui kesepakatan Oracle yang diusulkan ByteDance, dia harus membatalkan perintahnya. Sebanyak 40 persen orang Amerika mendukung ancaman Trump untuk memblokir TikTok jika tidak dijual ke perusahaan AS, menurut hasil jajak pendapat nasional Reuters/Ipsos bulan lalu.

Di antara Partai Republik - partai Trump - 69 persen mengatakan mereka mendukung perintah tersebut, meskipun hanya 32 persen yang mengaku familiar dengan aplikasi tersebut.

sumber : Antara/Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement