Rabu 24 Jun 2020 14:29 WIB

China Luncurkan Satelit Navigasi Beidou

Peluncuran Beidou adalah misi luar angkasa kedua dari Cina selama satu pekan terakhir

Rep: Puti Almas/ Red: Dwi Murdaningsih
Ilustrasi Satelit
Foto: esa
Ilustrasi Satelit

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- China telah berhasil meluncurkan bagian dari konstelasi satelit Beidou atau Beido Navigation Satellite (BDS) pada Selasa (23/6). Peluncuran ini menjadi langkah dalam penting dalam menyelesaikan sistem navigasi  global.

Dilansir Space, roket Beidou Navigation Satellite (BDS) terakhir ke orbit dari  Pusat Peluncuran Satelit Xichang di Cina barat daya. Peluncuran dilakukan pada pukul 21.43 waktu Beijing atau 0143 GMT, setelah penundaan selama seminggu karena masalah teknis dengan roket.

Baca Juga

Biasanya, China selalu menunggu terlebih dahulu untuk mengumumkan peluncuran hingga satelit berhasil mengorbit. Namun, kali ini peluncuran satelit Beidou diumumkan sebelumnya dan disiarkan langsung di TV dan online, dengan terjemahan bahasa Inggris tersedia di penyedia layanan pemerintah CCTV, yang biasanya menyediakan klip video setelah peluncuran yang sukses.

Negeri Tirai Bambu mengembangkan sistem satelit Beidou pada 1990-an, dengan peluncuran satelit pertama yang  dilakukan pada Oktober 2000. Peningkatan sistem satelit secara lebih lanjut dimulai pada 2009.

Iterasi terbaru, disebut BDS-3, terdiri dari 30 satelit untuk aplikasi mulai dari pemosisian presisi tinggi hingga komunikasi pesan singkat. Jaringan BDS-3 memiliki 29 satelit operasional sebelum peluncuran terbaru ini.

Satelit sistem BDS-3 memiliki bandwidth yang lebih tinggi, memungkinkan peningkatan kemampuan komunikasi dan membawa jam atom (atomic clocks) untuk meningkatkan ketepatan waktu serta layanan navigasi, dibandingkan dengan pendahulunya, yaitu BDS-2. 

Sistem inti BDS-3 mulai beroperasi pada 2018, tetapi peluncuran terbaru ini akan meningkatkan kekuatan sinyal dan jangkauan untuk pengguna di seluruh dunia. Satelit navigasi seperti yang ada di BDS-3 berfungsi dengan mentransmisikan sinyal yang diambil oleh penerima di telepon pintar dan perangkat berkemampuan GPS lainnya. 

Sinyal satelit mencakup informasi seperti waktu pesan dikirim, membuat jam atom cukup berguna untuk pengukuran yang tepat, serta posisi orbit satelit. Navigasi dapat dilanjutkan ketika pengguna menerima informasi akurat dari setidaknya empat satelit.

Penyelesaian jaringan BDS-3 di Cina juga terjadi ketika Amerika Serikat (AS) berupaya memodernisasi sistem Global Positioning (GPS) satelitnya sendiri. Pandemi virus corona jenis baru (COVID-19) yang sedang berlangsung telah menunda peluncuran satelit GPS III berikutnya hingga 30 Juni, dari rencana peluncuran sebelumnya yaitu pada April.

Pemutakhiran jaringan GPS III AS, peningkatan dari pendahulunya GPS II, diharapkan selesai pada 2023. Dua sistem navigasi global lainnya juga bersaing dengan sistem Beidou China.

Rusia memiliki satelit navigasi Glonass-M, di mana yang terbaru diluncurkan pada Maret, untuk melayani layanan militer Rusia di darat, udara dan laut. Menurut Badan Antariksa Eropa (ESA), sistem Galileo mulai beroperasi pada 2016 dan diperkirakan meluncurkan satelit terakhirnya pada akhir 2020.

Peluncuran Beidou adalah misi luar angkasa kedua dari Cina selama satu pekan terakhir. Sebelumnya, pada 17 Juni, negara Asia Timur ini meluncurkan satelit pengamatan Bumi, Gaofen-9 ketiganya ke orbit dari Pusat Peluncuran Satelit Jiuquan di Gurun Gobi.

Misi ini juga membawa dua satelit yang lebih kecil, yaitu sebuah satelit kecil bernama Pixing-3 yang dikembangkan oleh Universitas Zhejiang dan satelit layanan Sistem Identifikasi Otomatis kelima untuk perusahaan swasta HEAD.

Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement