Selasa 04 Feb 2020 09:54 WIB

Unair Gandeng Jepang Temukan Alat Deteksi Virus Corona

Alat deteksi virus corona bisa dipakai dalam hitungan jam.

Unair Gandeng Jepang Temukan Alat Deteksi Virus Corona (Foto: ilustrasi alat pemindai)
Foto: Abdan Syakura
Unair Gandeng Jepang Temukan Alat Deteksi Virus Corona (Foto: ilustrasi alat pemindai)

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Universitas Airlangga (Unair) Surabaya bersama Kobe University, Jepang, menemukan alat pendeteksi atau reagen novel corona virus (2019-nCov) atau virus corona. Selain di Unair, reagen juga dimiliki Pusat Penelitian dan Pengembangan Biomedis dan Teknologi Dasar Kesehatan, Balitbangkes.

"Kami dan Kobe University telah menemukan reagen virus corona. Permasalahan ketersediaan alat pendeteksi di Indonesia ini sempat menjadi kekhawatiran dari masyarakat," ujar Rektor Unair Prof Mohammad Nasih di Surabaya, Senin (3/2).

Baca Juga

Nasih mengatakan, reagen temuan Unair dapat mengidentifikasi pasien yang sudah suspect terjangkit virus corona. Identifikasinya tidak lama, hanya dalam hitungan jam, tetapi mekanisme sudah sesuai dengan standar Badan Kesehatan Dunia WHO (World Health Organization).

"Masyarakat yang ingin kepastian bisa memanfaatkan lembaga kami untuk mengonfirmasi ada atau tidaknya virus." jelas Nasih.

Dengan identifikasi secara spesifik, Nasih berharap ke depannya dapat menghasilkan riset penanganan dan pencegahan akan virus ini. Akurasi reagen ini mencapai 99 persen, sebab ada reagen yang berasal dari parameter positif tertular virus.

"Sekarang di Indonesia mau menemukan obatnya masih susah, karena kami belum mengetahui jenis mutasi virus ini seperti apa, jadi pemeriksaannya dari dahak, kalau memang hasilnya sama dengan parameter yang positif maka akan dilakukan penanganan khusus," katanya.

Penanganan khusus ini termasuk kesediaan tim khusus dan ruang isolasi di RS Unair dan RSUD Dr Soetomo Surabaya. Jika ada suspect bisa dibawa ke Unair dan yang dari RSUD Dr Soetomo sebelumnya juga dibawa ke Unair, meskipun masih memakai reagen yang lama.

Nasih mengakui kemampuan Unair dalam menemukan reagen ini tak lepas dari akses Kobe University dan relasi di Jerman dalam mengakses data dan gen virus corona dari bank virus. Bahan untuk membuat reagen ini baru Sabtu (1/2) datang di Unair setelah disiapkan di Kobe university.

"Sebelumnya kami masih memakai alat deteksi yang lama," katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement