REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG--Pada saat munculnyahujan meteor Geminid, bujur ekleptika matahari berada 262, essensiorekta 112, Deklinasi di + 33 derajat. Sedangkan kecepatannya mencapai 35 kilometer per detik. "Jumlah puncak meteor yang jatuh per jam bisa sebanyak 80 meteor," menurut Astronom Institut Teknologi Bandung, Moedji Raharto kepada Republika di Bandung, Senin (13/12),
Meski tak berbahaya, hujan meteor tetap perlu diwaspadai. Misalnya dengan mengamati apa saja yang jatuh, jumlahnya sangat banyak atau sedikit material yang jatuh ke bumi. "Kalau ledakan inti kometnya besar, maka tidak menutup kemungkinan jika sampai ke bumi akan menciptakan kerusakan," jelasnya. Namun, lanjut dia, biasanya GMS bukanlah ledakan besar, tetapi hanya meteor-meteor kecil yang tidak akan sampai ke bumi.
Penyebab tidak sampainya ke bumi, menurutnya karena panasnya gesekan angkasa bumi. Kondisi itu dapat melelehkan meteor-meteor yang jatuh sebelum sampai ke bumi. Namun, jika ledakannya besar sangat memungkinkan untuk sampai ke bumi, karena proses melelehnya tidak sampai habis. "Kebanyakan, kalau komet meledak terjadinya di angkasa bumi." Angkasa bumi yang dimaksudnya seperti Termosphare, Mesosphere, Statosphare, dan Troposphere.
Dia menyebutkan terjadinya ledakan komet kecil di atas sungai Tunguska di Timur Ciberia pada 30 Juni 1908. Saat itu ledakan terjadi dalam jarak 8,5 kilometer di atas permukaan bumi dan meruntuhkan pohon-pohon di negara tersebut.
Dia juga menyebutkan peristiwa di Yucatan, Mexico Amerika Selatan sekitar 65 juta tahun silam yang membuat kepunahan bumi, termasuk dinosaurus. "Ledakan-ledakan itu merupakan ledakan besar yang sporadis."